Jumat, 17 Desember 2010

Lupakan Euforia, Sikat Filipina!

Jakarta - Panitia lokal (LOC) Piala AFF 2010 meraup keuntungan dari penjualan tiket semifinal pertama antara Filipina kontra Indonesia dengan jumlah fantastis. Hingga saat ini, panitia sudah mengantongi miliaran rupiah dari penjualan tiket.
Perkiraan angka itu setelah tiket yang disediakan oleh panitia sebanyak 70.725 lembar sudah 90 persen terjual. “Penjualan sudah mencapai angka di atas Rp 6 miliar,” kata Koordinator Tiket Panitia Lokal (LOC) Edy Prasetyo.
Tiket yang disediakan dalam laga semifinal pertama memang lebih banyak. Pihak panitia menambah 10 ribu lembar tiket tambahan dibandingkan dengan laga penyisihan grup di Stadion Gelora Bung Karno, Jakarta, beberapa pekan lalu.
Sejak penjualan tiket dibuka pada Senin (13/12), loket langsung diserbu masyarakat yang ingin menyaksikan Tim Merah Putih. Bahkan, pada penjualan pertama itu, antrean mengular hingga 100 meter. Harga tiket yang dijual ke masyarakat bervariasi.
Untuk VIP Barat Rp 350 ribu, sedangkan untuk VIP Timur atau biasa disebut kategori I Rp250 ribu. Sementara harga tiket kategori 1 lainnya Rp150 ribu dan kategori 2 (belakang gawang) Rp 100 ribu. Khusus untuk tribun atas, pihak panitia membanderol Rp50 ribu.
Sementara masih ada empat pertandingan yang harus dimainkan tim nasional Indonesia untuk menjadi juara Piala AFF 2010. Pertandingan-pertandingan yang berat sudah menanti. “Saya sudah bilang kepada para pemain untuk melupakan hasil di masa lalu. Filipina kini tim baru dan kuat,” kata pelatih tim nasional Indonesia, Alfred Riedl, menjelang laga semifinal melawan Filipina, 16 & 19 Desember 2010.
Riedl benar. Indonesia memang membantai Malaysia 5-1, melibas Laos 6-0 dan melewati Thailand 2-1 di penyisihan Grup A. Hasil yang mengangkat kembali euforia pecinta sepakbola Tanah Air.
Paling fenomenal, Indonesia juga pernah menyikat Filipina 13-1 di Piala AFF 2002. Tapi, sejarah itu tak berarti apa-apa jika Indonesia lengah di semifinal Piala AFF 2010 melawan Filipina.
“Tim yang lolos ke semifinal adalah tim yang kuat. Begitu juga Filipina. Mereka tak pernah kalah di penyisihan grup, mengalahkan juara bertahan Vietnam, dan hanya kemasukan 1 gol,” kata Riedl.
Juru taktik asal Austria ini terkesan hati-hati. Tapi, justru inilah kunci sukses Riedl selama ini. Pria 61 tahun ini seringkali tak bereaksi apa-apa di bangku cadangan melihat Indonesia ‘pesta gol’ di penyisihan grup. Ia tetap duduk dan menempelkan dua jari tangannya di mulutnya yang terkatup.
Ya, Riedl adalah seorang yang pragmatis. Riedl bersama asistennya yang juga berasal dari Austria, Wolfgang Pikal terus memelajari detail demi detail kekuatan tim nasional Filipina.
Tak ada keyakinan yang diletupkan sampai peluit panjang wasit dibunyikan menandai kemenangan atau kekalahan pasukannya. Apalagi, semifinal mementaskan dua laga. Jika lolos ke final pun harus diselesaikan dengan dua laga. Sebuah perjalanan panjang ke tangga juara.
Sedangkan pengamat bola yang juga mantan Manajer Tim Persijatim, Ronny Tanuwijaya, mengatakan, Timnas harus bisa bermain dengan bola-bola pendek dari kaki ke kaki (one touch two touch) dan permainan antarlini. Hindari permainan bola-bola atas dan long passing, karena permainan itu akan membuang energi.
Ia juga berpendapat, peran Firman Utina sebagai pemain jangkar harus berfungsi seperti penampilan sebelumnya. Firman harus bisa mengatur tempo atau ritme permainan timnya. “Dia sebagai playmaker tim sangat menentukan kemenangan timnas,” ujar Rotan—sapaan akrab Ronny Tanuwijaya.
Sedangkan winger Octavianus Maniani atau Octo lebih baik ditugaskan untuk mengobrak-abrik pertahanan lawan. ““Dia tidak perlu cetak gol, tetapi hanya khusus obrak-abrik pertahanan lawan. Dia punya kemampuan individu. Semangat berebut bola dan nafas yang kuat sangat bagus untuk membongkar dan mencari pelanggaran pemain lawan,” ujarnya.
Mengenai bomber naturalisasi Cristian Gonzales, ia menyatakan, tak perlu diragukan lagi permainannya karena dia berani masuk dan melakukan permainan individu di pertahanan lawan. Kunci sukses timnas Indonesia selama ini karena kehadiran pemain naturalisasi, El Loco Gonzales maupun Irfan Bachdim.
Terkait Filipina, tim underdog yang tiba-tiba menjadi momok di kancah sepakbola Asia Tenggara, ia memprediksi mereka akan memeragakan permainan long passing. Filipina akan manfaatkan keunggulan postur tubuhnya dan serangan counter attack.
“Yang jelas, segala kemungkinan dari pihak lawan perlu ada koordinasi dan reposisi pemain belakang agar bisa mengantisipasi serangan Filipina. Reposisi ini sangat penting apabila pemain belakang ikut membantu serangan dan saling double cover lini belakang,” tutur Rotan yang juga artis serba bisa asal Surabaya itu.

Perbandingan Kekuatan
Kekuatan Filipina kini terbilang misterius. Ada 9 ‘pemain asing’. Mereka dipanggil oleh Federasi Sepakbola Filipina (PFF) sejak tahun lalu dari belahan dunia. Dari Inggris, Islandia hingga Amerika Serikat, mereka mau pulang dan kembali memerkuat negaranya. Tentu, dengan imbalan tertentu selain rasa nasionalisme.
Di bawah mistar gawang, tangkapan Neil Etheridge terbilang lengket. Ia juga punya postur ideal dengan tinggi 191 cm. Menarik untuk membandingkan Neil dengan kiper Indonesia, Markus Horison. Dan di sini, Markus sedikit unggul dari sisi pengalaman. Dari level klub, Liga Indonesia, sampai Piala Asia pernah dilakoni Markus.
Di lini belakang, Filipina dikawal palang pintu jangkung. Kapten berpengalaman Alexander Borromeo bertinggi 188 cm, Rob Gier (178 cm) dan Anton del Rosario (180 cm) tampaknya akan unggul bola-bola atas.
Striker oportunis Indonesia, Christian ‘El Loco’ Gonzales harus benar-benar fit jika ingin memenangi duel mereka. El Loco yang disebut-sebut punya fisik bagus harus memforsir kecepatan dan memanfaatkan umpan-umpan bola-bola bawah dari para gelandang atau sayap pasukan Garuda.
Di tengah, inilah jantung kekuatan Filipina dan Indonesia. James Younghusband, Jason de Jong dan Christopher Greatwich menjadi aktor serangan balik cepat The Azkals. Mereka ditunjang striker yang juga adik James, Phil Younghusband dan Ian Araneta. Permutasi gerakan gelandang-striker ini biasanya cepat.
“Kita harus mewaspadai kakak-adik James Younghusband (gelandang) dan Phil Younghusband (striker). Tanpa dukungan lini tengah, mereka tetap mampu melakukan counter attack,” ujar Sutan Harhara, Direktur Teknik PSSI yang ditugasi menjadi ‘mata-mata’ Filipina saat melawan Myanmar di laga terakhir penyisihan Grup B di Vietnam.
Tim Merah Putih harus memenangkan lini vital ini jika ingin mengatasi Filipina. Duet gelandang pekerja Firman Utina dan Ahmad Bustomi rasanya bisa menjadi perebut bola andal, pematah serangan dan kreator ulung.
Yang harus diwaspadai Indonesia yakni ketika Filipina bermain negatif atau super-defensif. Di penyisihan grup, The Azkals—sebutan timnas Filipina--sangat disiplin menjaga pertahanan dan mengandalkan serangan balik. Kesabaran sangat dibutuhkan Tim Merah Putih untuk membongkar pertahanan Filipina. Juga kecermatan untuk mementahkan serangan balik cepat Filipina.
Dua sayap cepat Indonesia, Muhamad Ridwan atau Arif Suyono di kanan maupun Oktavianus ‘Octo’ Maniani di kiri dituntut ikut membantu pertahanan jika Filipina melakukan serangan balik. Semua pemain Indonesia dituntut waspada, meski tak mengendurkan tekanan kepada lawan.
Dalam laga ketat dan menentukan seperti ini, pengalaman serta jam terbang pemain sangat diperlukan. Di sinilah, Alfred Riedl tampaknya akan memasang Bambang Pamungkas di lini depan sejak awal. BP akan berduet dengan ‘El Loco’ Gonzales yang juga sarat pengalaman.
Untuk sementara, striker anyar nan prominen Irfan Haarys Bachdim bisa disimpan menjadi senjata rahasia. Atau jika Irfan menjaid starter, BP akan menggantikannya saat dibutuhkan.
Indonesia sebenarnya punya keunggulan nonteknis yang bisa dimaksimalkan saat melawan Filipina. Dukungan minimal 80 ribu penonton diharapkan mampu memberikan teror kepada ‘anak-anak muda’ Filipina.
“Sebuah keputusan yang sulit ketika kami harus bermain di kandang Indonesia dengan pendukungnya yang sangat banyak. Belum ada satu pun pemain kami yang tampil di hadapan 80 ribu penonton,” kata pelatih Filipina, Simon McMenemy.
Suporter akan menjadi pemain ke-12 bagi pasukan Merah Putih. Jangan sampai euforia suporter justru menjadikan beban berlebih bagi pasukan Merah Putih. Apalagi, Indonesia akan menjadi tuan rumah dalam dua pertandingan semifinal.
Pasukan Merah Putih telah mengenal setiap jengkal Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan. Ini harus dimanfaatkan benar-benar. Memandang enteng lawan dan tak fokus pada pertandingan juga bisa menjadi bumerang. Jangan sampai Garuda ternoda di kandang.
Sementara hujan deras berpotensi mengganggu jalannya laga Indonesia vs Filipina. Karena itu, segala upaya dilakukan oleh PSSI agar leg pertama semifinal Piala AFF 2010 ini bisa berjalan lancar. Salah satu cara yang akan ditempuh adalah dengan mendatangkan pawang hujan. Demikian diutarakan Sekretaris Jenderal (Sekjen) PSSI, Nugraha Besoes.
“Hujan itu kan kehendak Allah, tapi kita juga akan berusaha dengan cara sendiri,” kata Nugraha. Ketika ditanya apakah dengan memanggil pawang hujan, Kang Nug menegaskan, “Ya, begitulah. Kita kan masih percaya dengan yang begituan.”
Meski demikian, Nugraha menolak menyebutkan berapa pawang hujan yang akan diturunkan dalam duel nanti. “Yang penting bukan pawangnya, tapi yang penting lapangannya tidak terganggu saja,” tandasnya.
Sedangkan Timnas Filipina akan merasakan pengalaman luar biasa saat meladeni Indonesia di Stadion Utama Gelora Bung Karno. Itu akan menjadi kali pertama mereka bertanding di hadapan puluhan ribu penonton. Sebuah kenangan indah apa pun hasil laga nanti.
Dengan antusiasme fans Indonesia yang luar biasa, seluruh tiket yang disediakan untuk dua pertandingan semifinal diyakini bakal habis terjual. Itu berarti akan ada lebih dari 70.000 penonton hadir dalam laga masing-masing pada Kamis (16/12) dan Minggu (19/12).
Bermain di hadapan puluhan ribu penonton diakui pelatih Simon McMenemy akan menjadi tekanan buat anak didiknya, apalagi timnas Filipina sebelumnya tak pernah bermain di hadapan penonton sebanyak itu. Satu-satunya cara untuk keluar dari tekanan itu disebut pelatih asal Inggris itu adalah dengan tetap tenang.
“Jujur saja kami belum pernah bermain di hadapan 80 ribu penonton. Dan tentu saja itu akan jadi tekanan tersendiri. Yang bisa kami lakukan adalah tetap tenang dan memberikan segalanya di lapangan,” kata pelatih McMenemy.
McMenemy sendiri masih menyimpan penyesalan terkait kegagalan Filipina menjadi tuan rumah pertandingan babak semifinal. Soalnya antusiasme publik Filipina terhadap kebangkitan sepakbola mereka sedang tinggi-tingginya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar